Penulis :Lisa McMann
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan ke : Pertama
Jumlah halaman : 216 hlm
Tahun terbit : 2010
Harga : Rp. 45.000
Isi buku: Akhir cerita tentang pilihan Jeanie dalam menjalani hidupnya sebagai penangkap mimpi.
Sinopsis : Buku terakhir ini menceritakan
tentang pilihan terakhir Janie Hannagan terhadap kemampuannya untuk masuk ke
dalam mimpi seseorang. Cabel masih setia di sampingnya. Tapi mimpi-mimpi buruk
Cabel memaksanya untuk memikirkan kembali keputusan awal yang dia ambil untuk
membantu orang-orang. Semakin sering masuk ke dalam mimpi orang lain, semakin
cepat pula dia akan mengalami kebutaan dan kelumpuhan. Janie telah mengambil
keputusan. Dia tidak ingin menjadi buta.
Sementara itu, ayahnya muncul
kembli dalam hidupnya. Dalam keadaan koma yang diakibatkan oleh tumor otak.
Ibunya menolak untuk menjelaskan dan masih terlalu sibuk dengan minuman
beralkoholnya. Dia hanya berkata bahwa lelaki itu adalah ayahnya dan menolak
untuk menjelaskan lebih lanjut.
Janie yang penasaran dengan
kehidupan ayahnya mulai berusaha mencari tentang kehidupan ayahnya. Dibantu
oleh Cabel, akhirnya dia menemukan bahwa ayahnya tinggal di daerah terpencil di
pinggiran kota. Akhirnya dia mempunyai keberanian untuk menuju ke rumah sakit
tempat ayahnya dirawat, dan memasuki mimpinya. Hal itu membawanya ke kenyataan
bahwa ayahnya adalah seorang penangkap mimpi.
Saat menyelidiki kehidupan
ayahnya, Janie mendapati bahwa ayahnya tidak mengalami kebutaan dan kelumpuhan
seperti yang dialami Miss. Sturbin. Hal itu membuat keyakinannya bertambah
untuk mengasingkan diri. Dia mulai menjauhi Cabel. Tahu bahwa hubungannya
dengan Cabel tidak akan berlangsung lama. Tapi ada sesuatu yang salah. Dan
dalam mimpi-mimpinya, ayahnya selalu berkata sesuatu tentang Morton’s Fork.
Setelah dia menyatukan
keseluruhan puzzle, Janie mengetahui bahwa penyakit yang ayahnya derita
bukanlah penyakit medis umum. Penyakit itu adalah penyakit layaknya kebutaan
dan tangan Miss. Sturbin yang bengkok. Tidak ada pilihan yang menyenangkan.
Memilih untuk tetap berinteraksi dengan dunia dan menderita kebutaan dan catat
di usia muda, atau hidup sampai tua tetapi menderita ‘otak pecah’. Bukan
pilihan yang mudah. Tapi, kali ini Janie yakin akan pilihannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar